“Setiap orang lahir dengan pola rasa yang berbeda. Kalau bisa dikenali, bisa dikelola.”
“Anak itu gampang marah, mungkin nurun dari wetonnya.”
Kamu pasti pernah dengar kalimat serupa dari orang tua atau orang sekitar.
Dalam budaya Jawa, weton bukan cuma soal watak, tapi juga kecenderungan emosi—bagaimana seseorang merespons tekanan, konflik, atau perasaan dalam dirinya.
Tapi… apakah itu mitos atau justru bisa dimanfaatkan untuk pengembangan diri?
Weton & Emosi: Apa Benar Ada Kaitannya?
Secara keilmuan modern, memang belum ada riset psikologi ilmiah yang mengkonfirmasi langsung hubungan weton dan emosi.
Tapi kalau dilihat dari sisi psikologi budaya, weton bisa dianggap sebagai kerangka awal memahami kecenderungan pribadi.
Misalnya:
- Rabu Pahing: katanya cepat tersinggung, tapi juga pemaaf
- Senin Wage: cenderung pendiam, tapi menyimpan banyak tekanan batin
- Kamis Kliwon: keras di luar, tapi mudah goyah saat sendirian
Kalau kita bisa memahami pola emosi dari weton, kita bisa lebih siap mengelolanya dengan cara yang sesuai.
Bagaimana Cara Mengelola Emosi Berdasarkan Weton?
1. Kenali Pola Umum Wetonmu
Langkah pertama: cari tahu hari lahirmu dan pasaranmu.
Lalu lihat kecenderungannya. Misalnya:
- Mudah marah? >> butuh latihan jeda sebelum bereaksi
- Sering overthinking? >> cocok dengan journaling harian
- Cemas sosial? >> bisa pelan-pelan latih diri di ruang aman
Weton bisa menjadi trigger awal untuk refleksi, bukan label tetap.
2. Gunakan sebagai ‘peta emosional’ pribadimu
Setiap weton punya kekuatan dan tantangan.
Contoh sederhana:
- Orang Jumat Pon dikenal berkarisma tapi mudah tersinggung → mungkin cocok belajar teknik grounding & komunikasi asertif
- Orang Selasa Wage dikenal introvert → bisa fokus pada teknik ekspresi tanpa tekanan, seperti menulis atau musik
3. Jangan pakai weton sebagai alasan
“Ya aku emang gini, soalnya wetonku keras…”
Kalimat seperti ini bikin kita berhenti berkembang.
Weton itu kaca—bukan kandang. Kita bisa melihat diri, tapi tetap bebas melangkah ke mana pun.
Penutup
Mengelola emosi itu butuh kesadaran.
Kalau weton bisa membantu kita lebih mengenal diri, kenapa tidak dimanfaatkan?
Bukan untuk membatasi atau menyalahkan,
tapi untuk jadi alat bantu refleksi agar kita bisa lebih tenang, bijak, dan berkembang.
Kenali watakmu, pahami emosimu, dan bentuklah dirimu secara sadar—bukan secara otomatis.