“Kekuasaan sejati bukan soal menguasai orang lain, tapi soal menguasai diri sendiri.” – Dio Yulianto
Aku masih ingat saat pertama kali buka halaman awal The Principles of Power, ada satu kalimat yang bikin aku berhenti sejenak:
“Power is silent.”
Waktu itu, aku langsung mikir:
Lho? Bukannya kekuatan itu identik dengan suara keras, postur dominan, posisi tinggi?
Ternyata… justru sebaliknya.
Apa yang Dimaksud "Power"?
Di buku ini, Dio Yulianto gak bicara soal kekuasaan versi panggung politik atau gedung pencakar langit.
Dia bicara tentang kekuasaan yang lebih dalam—lebih senyap, tapi lebih berdampak: kekuasaan atas diri sendiri.
Kekuasaan yang muncul dari:
- Disiplin
- Ketegasan
- Keberanian untuk berkata tidak
- Keteguhan berdiri saat semua orang lari
Tiga Prinsip Utama dari Buku Ini
1. Power adalah Ketenangan dalam Tekanan
Orang yang paling kuat adalah orang yang tetap tenang meski situasi chaos.
Buku ini mengajak kita latihan mengelola emosi, bukan menekan.
- “Yang bisa mengontrol amarah, bisa mengontrol keputusan.”
- Dan keputusan adalah alat kekuasaan.
2. Jangan Takut Jadi Tegas, Jangan Asal Jadi Keras
Dio membedakan tegas dan keras.
Tegas itu punya prinsip. Keras itu cuma reaktif.
Kamu gak perlu teriak buat didengar. Cukup punya nilai yang jelas, dan berdiri di atasnya.
3. Kekuatan Itu Lahir dari Konsistensi
Bukan dari posisi. Bukan dari jabatan. Tapi dari kebiasaan kecil yang dilakukan terus-menerus.
- Bangun pagi.
- Jaga kata-kata.
- Tepati janji kecil.
- Tahan diri dari balas dendam.
Semua itu adalah bentuk kekuasaan—yang tidak terlihat, tapi sangat nyata.
Refleksi Pribadi
Setelah baca buku ini, aku jadi mikir:
“Selama ini aku cari pengakuan, biar dibilang ‘berpengaruh’. Tapi ternyata… pengaruh itu gak perlu dicari. Cukup jadi pribadi yang berisi—dan orang lain akan datang sendiri.”
Penutup
The Principles of Power adalah buku yang terasa seperti mentor diam-diam.
Dia tidak membakar semangat dengan teriakan, tapi menyalakan bara api kecil di dada kita—agar terus menyala, meski pelan.
Buat kamu yang ingin kuat, tapi tetap manusiawi...
ingin disegani, tapi tetap rendah hati...
buku ini akan jadi cermin yang jujur, tajam, tapi tidak menghakimi.
“Kamu tidak perlu terlihat kuat. Kamu hanya perlu menjadi kuat.”