“Bukan kegagalan yang sering menghancurkan kita—tapi ego yang datang setelah kesuksesan.” – Ryan Holiday
Ada masa di mana aku berpikir:
“Aku harus jadi yang terbaik.”
“Aku harus dikenal.”
“Aku harus kelihatan sukses.”
Tapi semakin kejar itu semua, aku malah makin lelah.
Buku ini ngajarin aku satu hal penting:
“Ego bukanlah kepercayaan diri. Ego adalah ilusi akan siapa kita sebenarnya.”
Apa Itu Ego Menurut Ryan Holiday?
Ego bukan berarti sombong doang.
Tapi segala bentuk kebutuhan untuk:
- Diakui
- Dianggap penting
- Terlihat hebat
- Selalu benar
Ego itu haus. Dan hausnya… gak pernah kenyang
Tiga Tahap dalam Hidup (dan Ego Mengintai di Tiap Sudutnya)
1. Aspirasi – Saat kita belum jadi apa-apa
- Di tahap ini, ego bisa membuat kita:
- Merasa sudah tahu segalanya
- Tidak mau belajar dari bawahMengandalkan mimpi, tapi malas kerja keras
Ryan bilang: “Banyak orang gagal bahkan sebelum mulai karena merasa mereka sudah 'istimewa'.”
2. Kesuksesan – Saat kita mulai dikenal
Di tahap ini, ego datang diam-diam.
Kita jadi:
- Sulit menerima kritik
- Menganggap semua keberhasilan karena diri sendiri
- Tidak mendengarkan orang lain
Ego membuat kita lupa:
“Setinggi apapun kamu terbang, kamu tetap manusia.”
3. Kegagalan – Saat kita jatuh
Ironisnya, ego juga ikut hancur saat kita gagal.
Dan itu menyakitkan.
Tapi… bisa juga jadi titik balik.
Holiday bilang:
“Kegagalan adalah pengingat bahwa kamu belum selesai belajar.”
Pelajaran Praktis dari Buku Ini
1. Belajar jadi "Siswa Selamanya"
- Bahkan saat kamu sukses, tetap rendah hati.
- Bertanya. Mendengar. Mau dikoreksi.
2.Tulis jurnal (bukan buat pamer, tapi untuk jujur)
- Buku ini sangat mendorong refleksi diri.
- Tulislah hal-hal yang kamu syukuri dan pelajari. Bukan pencapaian.
3.Fokus pada proses, bukan pujian
Kita bukan hasil dari likes atau views. Kita adalah kebiasaan yang kita bangun.
4.Jaga ego tetap di bawah, biar kita tetap naik
Ego yang besar justru bikin pertumbuhan kita mandek.
Sementara kerendahan hati?
Itu yang bikin kita terus berkembang.
Penutup
Ego bisa jadi musuh terdekat yang tak terlihat.
Ia muncul saat kita naik, dan juga saat kita jatuh.
Tapi selama kita sadar, kita bisa menaklukkan ego, bukan ditaklukkan olehnya.
“Yang menahan kita bukan orang lain, bukan dunia, tapi... diri kita sendiri yang terlalu sibuk merasa paling hebat.”